Sejarah Berdirinya Keraton Yogyakarta, Simpan Filosofi Menarik

  • Whatsapp

Tinggal di Kota Yogyakarta pasti tidak asing dengan yang namany Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang berada di pusat kota. Tapi apakah dari kalian sudah tahu soal sejarah maupun kisah di balik bangunanya yang megah itu. Sebagai orang Indonesia tentunya penting mengatahui mengenai sejarah yang ada salah satunya soal Yogyakarta.

Buat yang ingin menambah pengetahuan seputar Yogyakarta terutama soal Keratonnya bisa simak artikel ini ya. Sebagai kota budaya Yogyakarta terkenal dengan banyak kegiatan serta bangunan tradisional yang tetap terjaga hingga sekarang. Masyarakat sekitar juga masih mempertahankan budaya dari nenek moyangnya.

Luas dari Keraton Yogyakarta sekitar 14.000 meter persegi dan sampai saat ini masih digunakan sebagai tempat tinggal sultan beserta keluarganya. Sebelah utara dan selatan Keraton Yogyakarta terdapat sebuah alun-alun luas dengan pohon beringin besar di bagian tengahnya. Lokasi alun-alun itu juga cukup dekat dari Malioboro, bila ditempuh dengan berjalan kaki hanya sekitar 10 menit saja.

Tempat tinggal dari sultan Yogyakarta itu berdiri pada tahun 1755 setelah Perjanjian Giyanti diresmikan. Dari Keraton tersebut pemukiman warga segera terbentuk dan semakin bertambah luas hingga saat ini. Tak hanya menjadi tempat bersejarah bagi Indonesia, tempat ini juga dijadikan cagar budaya.

Berdasarkan SK Gubernur No. 186/2011, wilayah dalam benteng Baluwarti (Njeron Benteng), dan sebagian wilayah di Mantrijeron, Mergangsan, Gondomanan, dan Ngampilan adalah cagar budaya yang wajib dilindungi. Lalu beberapa tahun kemudian tepatnya pada 2017 terbut sebuah Peraturan Gubernur nomor 75/2017.

Peraturan tersebut menyatakan bahwa kawasan cagar budaya Malioboro da benteng Kraton (Baluwarti) menjadi satu kawasan yaitu Kawasan Cagar Budaya Kraton, yang membujur dari Tugu sampai Panggung Krapyak. Keduanya juga harus dijaga karena termasuk dalam sebuah warisan penting bagi negara Indonesia.

Keraton Yogyakarta menjadi sudah terkenal sebagai tempat wisata, tapi tak semua kawasannya dibuka untuk umum. Tempat tinggal Sri Sultan Hamengkubuwono dan keluarganya, tidak semua bisa dikujungi. Untuk wisatawan yang datang ke sana tak perlu khawatir meski tak semua ruang bisa dilihat Keraton adalah tempat wisata yang sangat menarik.

Desain bangunan Keraton Yogyakarta memiliki pengaruh dari negara Eropa seperti Portugis, Belanda dan China. Arsitektur bangunanya juga dibuat langsung oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I yang juga menjadi pendiri Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun Keraton, seluruh desainnya diselesaikan antara tahun  1755 sampai dengan 1756.

Malioboro adalah salah satu tempat yang tak bisa dipisahkan dari Kasultanan Ngayoyakarta karena di jalan tersebut berdiri Kepatihan sebagai pusat pemerintahan sehari-hari. Lalu Pasar Gedhe menjadi pusat perekonomian warga. Dua tempat itu adalah bagian dari kesatuan tata ruang yang disebut catur gatra tunggal atau catur sagotra.

Ada empat elemen penting yang menjadi konsep dari tempat-tempat tersebut yakni politik (Kraton dan Kepatihan), keagamaan (Masjid Gedhe), ekonomi (Pasar Gedhe), dan sosial (Alun-alun). Sementara itu, Jalan Malioboro disebut sebagai sumbu filosofis yang menghubungkan Tugu dengan Kraton Yogyakarta. Bila dijelaskan secara simbolis garis fiosofis itu terwujud dalam simpul-simpul berupa Panggung Krapyak-Kraton Yogyakarta-Tugu Golong Giling yang melambagkan konsep “sangkan paraning dumadi” atau asal dan tujuan dari adanya hidup.

Sedangkan filosofi dari Panggung Krapyak adalah Keraton mengungkapkan mengenai perjalanan manusia sejak berada di dalam kandungan. Untuk filosofi dari jalan Tugu Golong Giling, menjelaskan soal perjalanan manusia yang akan berpulang kehadapan Sang Pencipta. Perjalanan dari dunia ke negeri akhirat diceritakan melalui bangunan tersebut.

Sumber: Dinas Kebudayaan Yogyakarta

Sumber foto: kebudayaan.jogjakota.go.id

Related posts