Berbicara soal makanan khas Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memang tidak ada habisnya, selalu ada saja makanan yang membuat orang-orang merasa rindu. Banyak sekali makanan khas Kota Pelajar ini yang menggugah selera dari mulai makanan berat sampai camilannya. Namun apakah kalian tahu ada makanan dari Gunung Kidul dengan nama yang cukup unik yakni, Gatot? Gatot di sini bukan kepanjangan gagal total loh, tapi makanan ini adalah sebuah hidangan khas terbuat dari sisa bahan Tiwul.
Awal mulanya, saat masyarakat Yogyakarta memasak Tiwul, akan ada bahan-bahan yang tak terproses dengan baik. Daripada terbuang percuma akhirnya oleh masyarakat, bahan yang dianggap tak termasak dengan sempurna itu dijadikan makan lain yang kini dinamakans Gatot. Sebelum membahas soal cita rasa dari Gatot, alangkah baiknya untuk mengetahui bahan-bahan dan proses dalam pembuatannya. Lantaran Gatot dibuat dari bahan sisa Tiwul, jadi akan dibahas dulu soal bagaimana cara memasak Tiwul itu.
Tiwul terbuat dari Singkong, yang pada zaman dulu hingga sekarang banyak ditemui di Gunung Kidul. Wilayah yang memiliki banyak pantai, membuat Gunung Kidul susah menyerap sumber air hingga tak sedikit yang harus menempuh puluhan kilo untuk mendapatkan air bersih. Untuk itu petani kesulitan menanami padi, dan paling cocok ditanami tanaman singkong yang berharga murah dan mudah perawatannya. Mulai dari situlah, singkong diolah menjadi Tiwul yang menjadi makanan pokok masyarakat di Gunung Kidul.
Kendati demikian, warga tahu jika singkong hasil panen disimpan terlalu lama akan membuat makanan tersebut terkotaminasi racun dan juga mengalami pembusukan. Tak ingin singkong yang disimpan menjadi terbuang sia-sia, masyarakat lokal pun membuat sebuah olahan bernama Tiwul. Caranya memasak Tiwul adalah dengan mengeringkan singkong secara langsung di bawah sinar matahari. Apabila singkong sudah kering atau menjadi gaplek, tahap selanjutnya adalah mengukus singkong itu. Kemudian bila sudah matang, untuk menambah cita rasa kebanyakan orang menambahkannya dengan gula jawa dan juga parutan kelapa.
Untuk membuat Tiwul memang terlihat mudah, tapi dalam proses memasaknya kadang ada bahan yang tak terproses dengan baik. Oleh karena itu masyarakat yang tak mau menyia-nyiakannya, akan mengolah Tiwul yang tak jadi dengan cara merendamnya di dalam kapur sirih. Setelah direndam, singkong kembali dikeringkan dan dijemur ulang hingga kering di bawah sinar matahari. Hampir sama seperti membuat Tiwul, singkong yang kering dikukus kembali selama kurang lebih dua jam.
Makanan dari sisa Tiwul pun bisa disulap menjadi makanan baru, Gatot bisa dinikmati dengan tambahan kelapa parut dan juga gula pasir. Rasa dari Gatot hasil fermentasi sangat enak apalagi makanan ini juga dipercaya bisa membantu merawat pencernaan. Selain baik untuk pencernaan karena merupakan makanan hasil fermentasi, Gatot juga bagus untuk diet. Buat yang ingin menurunkan berat badan bisa mencoba mengkonsumsi makanan tradisional ini karena dijamin aman dan sehat.
Penasaran dengan makanan kelezatan Gatot? Yuk langsung saja untuk datang membeli jika tengah berwisata atau mengunjungi Kota Yogyakarta. Saat ini Gatot bisa ditemui dengan mudah di toko oleh-oleh yang tersebar di berbagai penjuru Kota Budaya ini. Apalagi kini juga tersedia Gatot instan yang lebih tahan lama dan bisa dibawa pulang untuk oleh-oleh. Kalian tak perlu khawatir jika ingin menjadikan Gatot sebuah oleh-oleh karena dijamin tetap enak meski dibawa dalam perjalanan panjang.
Sumber foto: Bisnisumk.com.