Pemakaman Raja Imogiri terletak di pinggiran kota Yogyakarta dan erupakan tempat wisata spiritual yang cukup banyak dikunjungi orang. Kompleks ini terletak sekitar 12 km dari pusat kota Yogyakarta dan merupakan tempat yang bagus untuk menikmati pemandangan dan juga belajar tentang sejarah kerajaan Mataram dan budayanya.
Jika ingin ke sini harus menaiki banyak anak tangga berjumlah 345 anak tangga untuk mencapai lokasi. Di puncak tangga ada kolam ikan, lalu sisi kanan saat masuk ada pemakaman kerajaan untuk sultan Yogyakarta. Di sisi kiri adalah makam bangsawan untuk sultan Surakarta.
Kemudian jika terus mendaki bisa mencapai pintu masuk kompleks makam Kasultanan Agungan. Kompleks ini istimewa dan patut dikunjungi. Wisatawan yang ingin mengunjungi makam wajib mendaftar di kantor pendaftaran serta memakai pakaian formal tradisional dapat menyewa di pintu masuk.
Makam Kerajaan Imogiri ini dibangun di Girirejo, Imogiri, makam ini ditopang oleh Sultan Agung antara tahun 1632-1640 M. Raja pertama Mataram dimakamkan Sultan Agung Hanyokrokusumo. Dia menetapkan di masa depan bahwa Imogiri menjadi kuburannya setelah kematiannya.
Hingga saat ini raja-raja Yogyakarta dan Surakarta yang meninggal dimakamkan di sini. Tak terhitung banyaknya wisatawan asli yang berkunjung ke makam Imogiri, selain berziarah sambil menikmati pemandangan pegunungan yang mempesona di selatan Yogyakarta. Dalam upacara Suro dilakukan berbarengan dengan penanggalan Jawa penyucian Padasan Kong Enceh. Berbagai bangunan dan benda-benda suci tetap dilestarikan. Konstruksi produk bangunan awal dari batu bata. Bangunan-bangunan yang ada di dalamnya adalah makam kerajaan lmogiri.
Makam yang paling menonjol di sini adalah makam penguasa Mataram awal Sultan Agung, dan Sultan Yogyakarta Hamengkubuwono IX, seorang pemimpin selama perang kemerdekaan Indonesia. Yang terbaru adalah Pakubuwana XII Surakarta yang dimakamkan pada tahun 2004.
Cerita rakyat yang dikumpulkan oleh Pranata pada tahun 1970-an, menunjukkan bahwa batu-batu yang tidak biasa di tangga sebelum bagian kuburan Sultan Agung menutupi sisa-sisa Jan Pieterszoon Coen, yang diduga dicuri dari kuburan tahun 1629 di Batavia selama Pengepungan Batavia.
Kompleks Imogiri dipisahkan menjadi tiga bagian, yaitu Giriloyo, Banyusumurup dan Imogiri. Secara tradisional diterima bahwa Giriloyo adalah yang paling awal dari tiga kuburan. Dalam beberapa cerita rakyat setempat, Sultan Agung telah mulai bekerja di kuburannya sendiri di Giriloyo tetapi karena pamannya Juminah meninggal di kuburan, Agung dipandu oleh berbagai firasat untuk memilih kuburannya di sebuah bukit sekitar tiga kilometer ke barat daya, di Imogiri.
Seorang penguasa kemudian, perlu mengubur orang buangan di kuburan yang terpisah dari Giriloyo dan Imogiri, memilih Banyusumurup sebagai tempat yang tepat. Namun adalah mungkin untuk menemukan saingan dan musuh dalam keluarga kerajaan Jawa yang terkubur dalam jarak beberapa meter di dalam tembok Imogiri.
Kompleks Imogiri telah mengalami renovasi sejak konstruksi awal, karena paparan hujan tropis dan cuaca, sebagian besar bahan di kuburan membutuhkan pemeliharaan terus-menerus. Pakubuwono X pada masa pemerintahannya menghabiskan banyak uang untuk perbaikan gedung administrasi Juru Kunci di desa Imogiri, Masjid di kaki tangga, tangga dan kuburan pada umumnya.
Dia juga membangun seksi Girimulya. Hamengkubuwana VIII dalam proses pembangunan Saptorenggo pada tahun 1920-an juga melakukan perbaikan pada struktur sebelumnya yang memerlukan perbaikan. Berbagai birokrat dan personel militer era Suharto yang memiliki hubungan dengan cabang-cabang penguasa sebelumnya berkontribusi pada sejumlah pembaruan atap dan renovasi lainnya.
Pemerintah Indonesia berkontribusi pada proyek yang merehabilitasi pekarangan yang dikenal dengan gerbang terbelah – Supit Urang – di bawah naungan dinas arkeologi dan lembaga terkait pada 1980-an. Pada tahun 1990-an gerbang utama menuju Sultan Agung juga perlu diperbaiki.
Gempa bumi tahun 2006 di wilayah tersebut menyebabkan kerusakan yang cukup besar pada kompleks tersebut. Belum diketahui sampai sejauh mana perbaikan dan renovasi bisa dilakukan lagi, dan dari mana dananya berasal.
Kompleks ini dibagi dalam dua. Pertama, ada bagian Yogyakarta dan Surakarta yang terpisah. Kedua, seluruh kuburan dibagi menjadi delapan bagian yang merupakan tiga generasi penguasa di setiap bagian. Beberapa secara bersama-sama diperintah oleh juru kunci dari Surakarta dan Yogyakarta, sementara beberapa diperintah oleh perwakilan dari salah satu keraton saja.
Wilayah asli makam Imogiri adalah wilayah makam Sultan Agung yang dikelola bersama. Sayap barat makam adalah bagian Surakarta, sedangkan sayap timur adalah bagian Yogyakarta. Tidak semua penguasa Kesultanan Mataram dimakamkan di kompleks Imogiri. Ada sejumlah penguasa yang dimakamkan di tempat lain di Jawa.
Beberapa keluarga dekat penguasa juga dimakamkan di Imogiri, tetapi tidak semuanya; ini tergantung pada preferensi masing-masing penguasa. Daftar tercetak dari plot pemakaman di dalam kompleks pemakaman kerajaan disimpan di Imogiri untuk memberikan panduan bagi para peneliti yang mencari situs kuburan tertentu. Proses ini terkadang diperumit oleh beberapa nama yang dikenal oleh beberapa individu selama hidup mereka.
Sumber foto: Instagram @amaliaa_hanna