Sumur Gumuling, Masjid Bahwa Tanah dengan Misteri yang Belum Terepcahkan

  • Whatsapp

Banyak wisatawan yang kenal dengan Namanya Taman Sari yang ada di pusat Kota Yogyakarta, tapi masih sedikit yang tahu soal Sumur Gumuling. Tepat di sebelah utara Taman Sari ada tempat bernama Sumur Gumuling, atau juga dikenal sebagai Masjid Bawah Tanah. Seperti disebutkan, ini awalnya dibangun sebagai bagian dari kompleks Istana Air yang sama. Sumur Gumiling benar-benar wajib untuk dicoba dan mungkin merupakan tempat bersejarah paling menarik yang ada di Yogyakarta. Sumur Gumuling memiliki tangga keren di bagian tengah yang sering dijadikan tempat foto, tapi menurut informasi terbaru tangga tersebut sudah tidak boleh dijadikan tempat foto lagi. Diketahui ada tiga rangkaian utama anak tangga yang terhubung membentuk piramida. Tapi ada juga dua tangga lain yang bercabang ke arah lain, yang dianggap mewakili lima rukun Islam.

Sumur Gumuling adalah objek wisata yang menjadi bagian dari kompleks Wisata Tamansari di Yogyakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Sumur Gumuling atau Sumur Gumuling adalah sebuah bangunan bundar yang memiliki beberapa bilik di dalam bangunan tersebut, yang difungsikan sebagai masjid pada masa Keraton Yogyakarta. Kata gemuling dalam bahasa jawa artinya menggelinding melingkar. Secara harfiah, bangunan ini memiliki desain melingkar dan di tengah bangunan terdapat Sumur atau Sumur. Sebagai Masjid, Sumur Gumuling kaya akan filosofi, memiliki satu gerbang sebelum melewati beberapa desain interior yang rumit di bagian dalamnya. Gerbang tunggal ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan dari tanah dan akan kembali ke bentuk yang sama. Di bagian atas bangunan terdapat 5 anak tangga yang melambangkan 5 prinsip dalam Islam. Keempat anak tangga tersebut terhubung ke ruang kecil lainnya di tengah bangunan, sedangkan tangga lainnya terhubung ke lantai dua di atasnya.

Pada awalnya, Sumur Gumuling memiliki dua pintu gerbang. Keduanya adalah tepi terowongan yang mengarah ke sumur. Saat ini bagian barat hanya tersisa gerbangnya saja dan terowongannya telah runtuh, sehingga tidak mungkin untuk dilalui. Sedangkan gerbang timur masih dalam kondisi baik dan semua orang bisa melewatinya. Saat ini, bangunan bersejarah ini menjadi salah satu objek wisata populer yang selalu dikunjungi di Yogyakarta. Selain itu, bangunan ini juga sering digunakan untuk hunting foto dan pembuatan film. Terdapat Lorong-lorong panjang dan gelap di Sumur Gumuling yang hingga saat ini belum pernah diketahui secara pasti arahnya ke mana, tapi banyak yang percaya lorong-lorong itu menuju ke Pantai Parangtritis. Banyak yang percaya bahwa lorong di sana tidak boleh dijelajahi karena adanya mitos bahwa orang yang menjelajahi bisa-bisa tidak selamat.

Desai Sumur Gumuling masjid bawah tanah berbeda dengan desain masjid pada umumnya, Sumur Gumuling tidak memiliki atap kubah seperti di lainnya masjid. Desain atap Sumur Gumuling memiliki lubang besar di tengah. Desain ini muncul karena lokasi Sumur Gumuling ada di bawah tanah, dan pada waktu itu, Tamansari dikelilingi oleh danau buatan. Keberadaan danau buatan di Tamansari menyebabkan Sumur Gumuling terlihat seperti sumur yang luas dan dalam jika dilihat dari atas. Lubang besar dengan dinding luar diameternya sekitar 6 meter, sedangkan lubang yang lebih kecil di dalam diamaternya sekitar 4 meter. Setidaknya ada enam elemen arsitektur Islam di Sumur Gumuling. Pertama, arsitektur fisik Islam elemen dalam bentuk interior Sumur Masjid Gumuling, terlihat dalam ukuran yang besar dengan jendela dan pintu yang tinggi, serta ruangan juga punya dinding yang tebal, tebal dinding Sumur Gumuling sekitar 1,25 meter. Bentuk melengkung di setiap bukaan interior merupakan ciri khas arsitektur Islam.

Bentuk lengkung terdapat pada bukaan dan bagian tertentu di pedalaman Sumur Gumuling yaitu lorong, bukaan pintu, dan detail pada pendaratan tangga. Bentuk lengkung dinamis di Sumur Gumuling, menunjukkan adanya ciri khas Islam. Kedua, unsur fisik Islam arsitektur di Sumur Gumuling terdapat di fungsi masing-masing ruang di Sumur Gumuling. Gedung ini memiliki 2 lantai yang berfungsi sebagai ruang sholat. Lantai dasar digunakan untuk jamaah wanita, dan lantai dua digunakan untuk laki-laki Ada tempat wudhu di setiap lantai gedung ini. Artinya, unsur-unsur fungsi ibadah menurut tuntunan Islam terpenuhi dalam hal ini. Ketiga, di lantai dua, ditemukan ceruk di dinding yang konon digunakan sebagai mihrab, dimana berdirinya pemimpin salat. Mihrab di masjid bawah tanah Sumur Gumuling terletak di sisi barat bangunan. Arah mihrab juga digunakan sebagai penanda arah masjid ke kiblat menurut tradisi Islam. Luas mihrab di Masjid berbeda dengan masjid pada umumnya area dan agak luas karena ada mimbarnya juga.

Mihrab Gumuling hanya memiliki luas sekitar 1 meter yang cukup untuk digunakan 1 orang, yaitu pemimpin shalat. Hiasan detail di dinding mihrab adalah campuran dari gaya arsitektur Jawa. Di sinilah penyatuan arsitektur Islam dengan arsitektur Jawa terlihat jelas. Keempat, di sisi tengah gedung, ada sumur besar yang digunakan salat untuk berwudhu. Sumur terletak di bawah tangga, yang bertemu satu perbatasan di tengahnya. Sumur Gumuling memiliki total 5 tangga dimana 4 tangga mengarah ke pendaratan, sedangkan 1 lagi berlanjut dari pendaratan ke lantai 2. Jumlah langkah ini memiliki makna simbolis nilai Islam, yakni rukun Islam. Tempat wudhu di bawah tangga di Sumur Gumuling digunakan oleh Sultan untuk melakukan wudhu sebelum memimpin shalat. Di selain wudhu yang ada di lantai paling atas, sholat juga bisa melakukan wudhu di tengah, dan ada sumur yang digunakan untuk wudhu. Wudhu saat itu waktu, tidak ada pemisahan antara pria dan perempuan.

Semua jemaah yang akan melaksanakan salat bisa mengambil air secara bersamaan. Kelima, di tengah Sumur Gumuling, terdiri dari tangga dan pendaratan, ini adalah lima anak tangga yang melambangkan rukun islam. Dari Rukun Islam yang ada 5 ada mengucapkan syahadat, mendirikan shalat, puasa, sedekah, dan menunaikan haji. Artinya, langkah-langkah ini memiliki makna simbolis dari penerjemahan nilai-nilai Islam ke dalam detail arsitektur pada bangunan. Area perbatasan di tengah ruangan memiliki fungsi sebagai tempat duduk di “Kejawen” untuk meditasi, yang telah mengakar dalam kehidupan orang Jawa. Sultan Yogyakarta sejak muda menganut kepercayaan Kejawen. Dikatakan bahwa dari tempat itu, Sultan berkomunikasi dengan Ratu Kidul atau ke Sang Pencipta Kehidupan.

Disimpulkan, nilai-nilai Islam yang menyatu dengan keluhuran adat Jawa adalah nilai-nilai yang diyakini oleh Sultan. Keenam, Masjid Sumur Gumuling dikelilingi oleh danau buatan atau air tawar, dan air mengalir dari Sungai Winongo, yang merupakan sumber air. Air mengalir dari bendungan dan saluran air sepanjang 360 meter dengan lebar 30 meter yang menghubungkan sungai Winongo dengan Tamansari. Keberadaan danau buatan membuat kondisi bangunan di dalam masjid Sumur Gumuling terasa sejuk. Air kolam juga digunakan sebagai sumber wudhu lantai 2.

Sumber foto: Instagram @bellamomssy

Sumber: Jurnal Arsitektur Komposisi, Volume 13 No. 2 April 2020

Related posts