Kalian pasti sering jalan-jalan atau berkunjung ke Borobudur, tapi apakah kalian tahu soal asal usul candi yang terlatak di daerah Magelang, Jawa Tengah itu. Daripada penasaran langsung aja yuk simak tulisan berikut ini. Sayang soalnya kalau pernah berwisata ke sana tapi nggak tahu apa-apa soal Candi Borobudur. Siapa tahu waktu ketemu teman ada yang tanya kan soal candi Budha terbesar di dunia tersebut.
Selain bangunannya yang sangat besar, Candi Borobudur juga memiliki relif yang banyak disetiap sisi bangunannya. Detail dari arsitekturnya sangatlah unik dan tentunya juga memiliki banyak sekali bangunan yang saling terhubung antara satu dan lainnya. Seluruh bangunan yang ada juga memiliki cerita menarik.
Candi ini pertama kali ditemukan pada tahun 1814 saat Belanda masih menjajah Indonesia dan termasuk ke dalam warisan budaya dunia UNESCO. Candi Borobudur diyakini merupakan peninggalan dari Kerajaan Dinasti Sailendra pada masa pemerintahan Samaratungga dari Kerajaan Mataram Kuno. Bangunan itu dipercaya selesai dibangun pada abad ke-8.
Hingga kini nama Borobudur belum diketahui asal mulanya karena memang tidak ada catatan sejarah yang dengan rinci menceritakan perkambangan pembangunan candi itu. Ada yang mengatakan nama tersebut berasal dari nama Samara Budhara yang berarti gunung lereng, terletak teras teras ada juga yang mengatakan borobudur berasal dari sabda Sang Buddha.
Orang yang pertama kali menyebutkan mengenai Borobudur adalah Thomas Sir Thomas Stamford Raffles dalam bukunya. Dia menyebut nama itu datang dari kata budur bore, bore artinya desa. Mengapa ada sangkut pautnya dengan desa karena lokasi ditemukan Candi Borobudur ada di dekat desa, sedangkan budur artinya kuno.
Candi borobudur kemungkinan dibangun pada tahun 750 masehi oleh dinasti kerajaan yang pada waktu itu menganut agama budha, perkembangannya sangat misterius karena masyarakat pada abad ke-7 belum mengetahui perhitungan arsitektur yang tinggi. Namun Borobudur dibangun dengan perhitungan arsitektur yang canggih.
Sampai saat ini belum ada yang bisa menjelaskan bagaimana pembangunan dan sejarah Candi Borobudur meski sudah banyak ilmuwan dari seluruh dunia yang datang. Akan tetapi tidak satupun dari mereka yang berhasil mengungkap misteri pembangunan Borobudur.
Salah satu pertanyaan yang membuat peneliti penasaran adalah dari mana batu-batu besar di candi Borobudur dan sejenisnya berasal, kemudian bagaimana menyusunnya dengan presisi dan arsitektur yang sangat rapi. Ada perkiraan bahwa batu itu berasal dari gunung berapi tetapi cara membawanya keluar dari gunung berapi ke lokasi candi yang ada di bukit belum diketahui secara pasti.
Candi Borobudur memiliki 72 stupa berbentuk lonceng, stupa terbesar terletak di bagian atas candi sementara yang lain ada stupa yang lebih kecil mengelilingi hingga ke bawah. Ketika para ilmuwan menggambar peta candi borobudur, mereka menemukan pola aneh yang mengarah pada fungsi borobudur sebagai jam matahari.
Jarumnya adalah bayangan stupa besar dan jatuh tepat di stupa bawah tetapi belum diketahui secara pasti bagaimana pembagian waktu yang akan dilakukan. Apalah jam biasa yang menujukkan waktu atau memberitahukan hal lainya. Ada yang bilang jam Candi Borobudur menunjukkan tanda-tanda kapan masa tanam atau panen yang cocok dan pas bagi para petani.
Bagian dalam rangka arsitektur Candi Borobudur bila dicermati secara matematis terdapat misteri menarik yang mengarah dari angka satu. Beberapa angka yang ada pada candi bila di total angka akan selalu menghasilkan angka satu. penasaran ceritanya simak terus ya karena sebelum menceritakan sebuah misteri angka yang dibutuhkan seseorang untuk mengetahui tentang tingkat kerohanian Budha di Candi Borobudur.
Tingkat yang pertama adalah Kamadhatu yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau nafsu, itu berada di bagian bawah yang sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Lalu tingkat kedua adalah Rupadhatu, dunia telah mampu melepaskan diri dari nafsu tapi masih terikat pada rupa dan bentuk.
Di kawasan tersebut terdapat empat bahu teras berbentuk korang kriling yang pada dindingnya dihiasi relief lantai bujur sangkar. Pada empat koridor terdapat 1.400 gambar relief panjang, relief terdapat di sepanjang setengah kilometer kedua dengan 1.212 panel hias. Tingkat ketiga adalah Arupadatu, tingkat tertinggi yang melambangkan sebuah kebebasan atas nafsu dunia.
Pada bagian ini denah lantai adalah lingkaran yang melambangkan bahwa manusia telah terbebas dari segala keinginan, ikatan bentuk dan rupa namun belum mencapai nirwana. Candi Borobudur yang pertama memiliki 10 tingkatan jika dijumlahkan 1 ditambah 0 hasilnya 1 angka satu lagi lagi muncul di daerah Arupadatu.
Daerah ini merupakan daerah empat tingkat paling atas candi, pada tingkat pertama ada satu candi dan tingkat kedua ada 16 candi, lalu tingkat ketiga ada 24 candi. Tingkat ke-4 ada 32 candi, jumlah candi yang berada di areal tersebut ada 73 buah. Jika di total 7 dan 3 hasilnya 10 dan jika di jumlahkan lagi 1 ditambah 0 hasilnya adalah 1.
Masih belum berakhir, jumlah total arca candi borobudur ada 505 arca bila di jumlah hasilnya juga sama yakni satu. Hal tersebut memang sangat menarik, sayangnya belum ada jawaban yang pasti soal angka satu di Candi Borobudur. Walau begitu pasti akan ada banyak ilmuan ataupun arkeolog yang akan mencari tahu jawabannya.
Sumber foto: unsplash/eugeniaclara