Sejarah Museum Sonobudyo Yogyakarta dan Jenis Koleksi yang Dimiliki

Jogjaku kali ini mau ajak jalan-jalan ke museum yang berada di daerah Yogyakarta, Kota Budaya ini memiliki banyak sekali museum menarik yang sayang jika kalian tak pernah berkunjung ke sana. Salah satu museum yang menarik adalah Museum Sonobudoyo, mungkin banyak yang pernah dengan tapi belum pernah berkunjung, jadi jangan lewatkan kesempatan kalian untuk melihat langsung.

Museum Sonobudoyo berada di daerah Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta. Jadwal bukanya adalah pada pukul 08.00 sampai 16.00 WIB dari hari Senin sampai Sabtu. Lokasinya juga sangat strategis karena berada di wilayah kota. Bangunan museum adalah rumah joglo dengan desain arsitektur masjid keraton kesepuluh Cirebon dan dirancang oleh Ir. NS. Karsten.

Museum Sonobudoyo sebagai museum provinsi, memiliki tujuan yang sangat baik, pada masa depan diharapkan dapat menjadi gambaran fungsi museum dari segi pelayanan dan optimalisasi fungsi. Sehingga nantinya potensinya bisa berkembang dan ditingkatkan lebih lanjut, untuk menghadapi persaingan di banyak aspek baik di tingkat nasional maupun internasional.

Sebenarnya Museum Sonobudoyo adalah sebuah yayasan yang bergerak di bidang kebudayaan Jawa, Madura, Bali dan Lombok. Yayasan tersebut didirikan di Surakarta pada tahun 1919 dengan nama Java Instituut. Kemudian dalam keputusan kongres tahun 1924, Java Instituut akan mendirikan museum di Yogyakarta. Karena akan mendirikan museum baru, pada tahun 1929 dilakukan pengumpulan data budaya dari daerah Jawa, Madura, Bali dan Lombok.

Demi kesuksesan pembangunan musem baru, dibentuklah Panitia Perencanaan Pendirian Museum pada tahun 1931 dengan anggota antara lain, Ir.Th. Karsten P.H.W. Sitsen, Koeperberg. Bangunan museum ini menggunakan tanah bekas “Shouten”, pemberian dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII.

Lalu ditandai dengan fragmen candrasengkala “Buta ngrasa estining lata” tahun 1865 Jawa atau 1934 M. Sedangkan pengukuhan dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwana VIII pada hari Rabu pengupahan tanggal 9 Ruwah 1866 Jawa yang ditandai dengan sengkala candra “Kayu Winayang Ing Brahmana Budha” yang berarti tahun Jawa atau tepatnya tanggal 6 November 1935 M.

Pada masa pendudukan Jepang, Museum Sonobudoyo dikelola oleh Bupati Paniradyapati Wiyata Praja yang sekarang Namanya Dinas Pendidikan. Setelah itu pada era kemerdekaan pernah diurus oleh Bupati Utorodyopati Budaya Prawito yaitu jajaran pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Selanjutnya pada akhir tahun 1974 Museum Sonobudoyo diserahkan kepada Pemerintah Pusat atau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan bertanggung jawab langsung kepada Direktorat Jenderal dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Otonomi Daerah.

Museum Sonobudoyo mulai Januari 2001 lalu bergabung dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi UPTD Perda No. 7/Th. 2002 Tanggal. 3 Agustus 2002 tentang Pembentukan dan Organisasi UPTD pada Kantor Wilayah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Keputusan Gubernur Nomor 161/Th. 2002 Tanggal. 4 November tentang TU – Poksi.

Museum Sonobudoyo ini memiliki sepuluh jenis koleksi yang sangat menarik untuk dilihat, yakni jenis koleksi geologi, biologis, etnografi, coection arkeologi, numismatik atau Heraldik, lalu ada jenis koleksi sejarah, jenis koleksi filologis, keramologis coaction, koleksi Seni dan yang terakhir adalah jenis koleksi teknologi.

Penasaran ingin melihat koleksi yang ada di Museum Sonobudoyo langsung saja datang ke lokasi ya, tapi jangan lupa kalau hari Minggu tutup. Sebenarnya di sana juga ada berbagai pertunjukan menarik di malam hari, tapi sepertinya selama pandemi acara itu ditiadakan. Namun tak perlu kecewa jika kondisi sudah aman pastinya aka nada pertujukan lagi di sana.

Sumber: Museum Sonobudyo

Foto: Facebook Museum Sonobudyo

 

Related posts